Wikipedia

Search results

Friday, 8 March 2013

TEORI PRODUKSI


TEORI PRODUKSI
Teori prilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori prilaku konsumen. Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law Of Deminishing Marginal Utility (LDMU), sedangkan dalam penggunaan faktor produksi berlaku The Law Of Deminishing Return (LDR).
1.      Dimensi Jangka Pendek Dan Jangka Panjang
Dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan) mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi,faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input).
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Contohnya yaitu mesin-mesin pabrik,sampai pada tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin tak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi) jumlah mesin tak bisa dikurangi.
Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya.makin besar tingkat produksinya,makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu pula sebaliknya. Contohnya seperti buruh harian lepas dipabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan faktor produksi,maka jumlah buruh hariannya ditambah,begitu pula sebaliknya.
Adapun pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait erat dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin dikatakan sebagai faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun) susah untuk ditambah atau dikurangi. Sebaliknya buruh dikatakan sebagai faktor produksi variabel karena jumlah kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang dari setahun.
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor produksi sifatnya variabel.periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor produksi menjadi faktor produksi variabel.
2.      Model Produksi Dengan Satu Macam Faktor Produksi Variabel
Produksi dengan satu macam faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka pendek,dimana faktor produksi yang tidak dapat di ubah. Ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi,seperti dibawah ini.
Q = f(K,L)
Dimana :Q             =          tingkat output
            K         =          barang modal
            L          =          tenaga kerja
Dalam model produksi satu macam faktor produksi variabel, barang modal dianggap sebagai faktor produksi tetap.keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.

a.      Produksi Total, Produksi Marginal, Dan Produksi Rata-Rata
Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi. Produksi marginal (marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi. Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi.
Ø  Produksi Total :
TP = f(K,L)
Dimana;TP  =  produksi total
            K=       barang modal(yang dianggap konstan)
            L          =          tenaga kerja/buruh
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama dari TP adalah MP,maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.
Ø  Produksi Marginal
MP = TP’ = αTP/αL
Dimana:MP  = produksi marginal
Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP < 0,penambahan tenaga kerja justru menguragi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun atau The Law of Deminishing Return (LDR).
Ø  Produksi Rata-Rata
AP = TP/L
Dimana: AP = produksi rata-rata.
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP’=0). Dengan penjelasan matematis,AP maksimum tercapai pada saat AP = MP,dan MP memotong AP pada saat nilai AP maksimum.
b.      Tiga Tahap Produksi
Untuk kasus umum dan bila dianggap penambahan faktor produksi dianggap kontinyu kurva akan menjadi pada diagram 1.1. Diagram 1.1 menunjukan ada tiga tahap penting dari gerakan perubahan nilai TP. Yang pertama,pada saat MP maksimum (titik 1 dan 4). Kedua,pada saat AP maksimum (titik 2 dan 5). Ketiga,pada saat MP = 0 atau TP maksimum (titik 3 dan 6). Diagram tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahap produksi (The Three Stages of Production):
1)      Tahap I (stage I ),sampai pada saat kondisi AP maksimum
Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata—rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam).
2)      Tahap II (stage II ),antara AP maksimum sampai saat MP sama dengan nol
Karena berlakunya LDR,baik produksi marginal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai titik maksimum (slope kurva TP datar sejajar dengan sumbu horizontal).
3)      Tahap III (stage III ),saat MP sudah bernilai < nol (negatif).
Perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi,karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP negatif).
Secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal revenue) yang diterima.tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga kerja. Tambahan pendapatan adalah produksi marginal dikalikan harga jual barang dinotasikan P,maka alokasi tenaga kerja (faktor produksi) dianggap efisien bila:
W = MP (P)
Gambar 1.1 kurva TP,MP, dan AP











c.       Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat membuat tingkat produktivitas meningkat. Secara grafis dapat digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasikurva TP. Pada diagram 1.2,akibat kemajuan teknologi,luas kurva TP3 > TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang dihasilkan perunit faktor produksi semakin besar. Dari Diagram 1.2 tampak bahwa: Q3/L1 > Q2/L1 > Q1/L1.


 








Bila nilai AP meningkat karena mesinnya semakin modern,belum berarti efisiensi meningkat. Modernisasi sumber daya manusia (SDM), terutama dengan mengubah cara berfikir dan sikap hidup. Dengan modernisasi SDM,kemajuan teknologi akan meresap ke dalam diri manusia (embodied technologi) dan mendorong peningkatan efisiensi.




3.      Model Produksi Dengan DU Macam Faktor Produksi Variabel
a.      Isokuan (isoquant)
Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu,yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Asumsi-asumsi isokuan:
1)      Konveksitas (convexity)
Asumsi konveksitas analogi dengan asumsi pembahasan perilaku konsumen,yaitu kurva indiferensi yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah (down ward sloping). Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap. Derajad Teknik Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of Technical Substitution adalah bilangan yang menunjukan berapa unit faktor produksi L harus dikorbankan untuk menambah 1 unit faktor produksi K pada tingkat produksi yang sama.








Diagram 1.3 Marginal Rate Of Technical Substitution (MRST)
2)      Penurunan nilai MRTS (Diminishing of MRTS)
Produsen menganggap makin mahal faktor produksi yang semakin langka yang menjadi sebab nilai MRTS semakin menurun  (hukum LDR). MRTS konstan bila kedua faktor produksi bersifat substitusi sempurna (perfect substitution) atau MRTS akan nol bila kedua faktor produksi mempunyai hubungan proporsional tetap.
3)      Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Return)
4)      Daerah Produksi Yang Semakin Ekonoms (Relevance Range of Production)

b.      Perubahan Output Karena Skala Penggunaan Produksi (Return To Scale)
Perubahan output karena perubahan skala penggunaan factor produksi (Return to scale) adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah factor produksi dilipat gandakan (doubbling)
1)      Skala Hasil Menaik (increasing Return to Scale)
Jika penambahan factor produksi sebanyak  1 unit menyebabkan output meningkat lebih dari 1 unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menaik (increasing return to scale)






Diagram 1.5 Skala Hasil Menaik (Increasing Return To Scale)
Diagram 1.5 menunjukan bila penggunaan mesin dan tenaga kerja di lipat gandakan (K1 ke K2), output meningkat lebih dari 2x lipat. Pencapaian hasil ini dimungkinkan antara lain karena kemampuan menajemen dalam menangani produksi skala besar, ada sinergi antara mesin dan tenaga kerja (embodied tecnology)
2)      Skala Hasil Konstan (Constan Return to scale)
Jika pelipat gandaan factor produksi menambah output sebanyak 2x lipat juga, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil konstan (constant return to scale), seperti di gambarkan dalam diagram 1.6
Diagram 1.6  Skala Hasil Konstan (Constant Return To Scale)










3)      Skala hasil menurun (Decreasing Return to Scale)
Jika penambahan 1 unit factor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari 1 unit fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun (Decreasing return to scale) seperti di tunjukan pada diagram 1.7 penjelasannya adalah kebalikan penjelasan terjadinya skala hasil menaik.
Diagram 1.7 Skala Hasil Menurun






c.       Perkembangn Teknologi
Kemakjuan teknologi memungkinkan peningkat efisiensi penggunaan factor produksi. Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan factor produksi yang lebih sedikit. Diagram 1.8  menggambarkan hal tersebut. Karena kemajuan teknologi, teknologi, tingkat produksi 90 unit (Q 90 periode perrtama ) dapat di capai dengan penggunaan factor produksi yang lebih sedikit n(Q 90 periode ke 2)


 Diagram 1.9 Kemajuan Teknologi






Seorang ekonom bernama Hicks mengkalsifikasikan kemajuan teknologi berdasarkan pengaruhnay terhadap kombinasi penggunaan factor produksi. Bila kemajuan teknologi mengakibatkan porsi penggunaan barang modal menjadi lebih besar di banding tenaga kerja, disebut teknologi padat modal (Capital using atau Capital intesive). Sebaliknya jika menyebabkan porsi penggunaan tenaga kerja menjadi lebih besar, disebut teknologi padat karya (lobour using atau labour intesiv). Jika tidak mengubah porsi (rasio factor produksi tetap), disebut teknologi netral (neutral tecnology). Perubahan-perubahan dapat dilihat dari angka MRTS yang tercermin dari perubahan sudut kemiringan isokuan. Hal-hal tersebut di gambar dalam diagram 2.0





Diagram 2.0 Tipe Kemajuan Produksi


 










Ket :
Ø  Gambar (a) adalah porsi penggunaan barang modal (mesin) makin besar
Ø  Gambar (b) adalah porsi penggunaan barang modal (mesin)tetap
Ø  Gambar (c) adalah porsi penggunaan tenaga kerja makin besar (baran modal menurun)



d.      Kurva Anggaran Produksi (Isocost)
Kurva anggaran produksi adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam factor produksi yang memerlukan biaya yang sama. Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran kurva isocost bergeser sejajar (diagram 2.1)
Diagram 2.1 Kurva Anggaran Produksi (isocost)


 

















e.       Keseimbangan Produsen
keseimbangan pprodusen terjadi ketika kurva I bersinggungan dengan kurva Q. di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan factor produksi akan meberikan hasil output yang maskimum. Keseimbangan dapat berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun harga factor produksi. Analisi perubahan keseimbangan produsen analogis dengan anlisis prilaku konsumen.
Perubahan jumlah factor produksi yang digunakan merupakan interaksi kekuatan efek sebtitusi dan efek skala prduksi. Karena itu produsen juga mengenal factor produksi inferior, yaitu factor produksi penggunaannya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat (kemampuan produksi meningkat) misalnya tenaga kerja adalah factor produksi inferior
Prinsip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah di tentukan, dicapai output masksimum (diagram 2.2) prinsim minimalisasi biaya menyatakan target output yang sudah di tetapkan harus di capai dengan biaya minimum (diagram 5.16.b)
Diagram 2.2 Prinsip Efesiensi





f.       Pola Jalur Ekspansi (Ekspantion Path)
Tujuan perusahan adalah maksimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan itu, dalam jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan efisiensinya. Biasanya perusahaan menetapkan target yang akan di capai setiap tahunnya, yang harus di capai dengan biaya minimum. Dalam jangka panjang perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan faktor produksi.


No comments:

Post a Comment